Ramadhan kerap kali diwarnai dengan anak-anak yang bermain petasan, terutama di malam hari seusai teraweh. Meski dianggap berbahaya dan orang tua cenderung melarang anaknya bermain petasan, di Malang petasan justru digunakan untuk menyambut Idul Fitri. Penggunaannya diawasi dengan ketat dan kekuatannya diatur agar jangan sampai melukai siapa pun. Para warga juga akan datang menonton. Acara ini juga dilengkapi dengan takbir keliling sambil membawa obor atau lampion. Kebiasaan ini dimanfaatkan sebagai wadah khusus mempererat tali silaturahmi.
Momen silaturahmi ini juga masih berlanjut setelah salat Ied dilaksanakan. Para warga akan membentuk barisan panjang dan saling bermaafan sebelum pulang ke rumah masing-masing dan menghabiskan waktu bersama sanak saudara. Warga non muslim pun ikut berpartisipasi. Kebiasaan ini paling terkenal di kawasan Oro-Oro Dowo dan konon dimulai sejak tahun 1990.
Selesai bermaaf-maafan dengan para tetangga, tentu banyak yang berpikir sesampainya di rumah akan menikmati sajian khas lebaran seperti ketupat ditemani opor ayam. Namun tahukah kamu kalau di Malang malah jarang menyajikan menu khas lebaran ini saat hari raya? Hidangan ini justru disuguhkan pada hari kedelapan usai Idul Fitri, tepatnya setelah ibadah puasa bulan Syawal. Di Malang hari ini biasa disebut Hari Raya Besar. Tidak hanya ketupat dan opor ayam, lontong sayur hingga lepet pun dihidangkan. Hajatan diadakan di musala terdekat dan para warga akan berbagi makanan dengan tetangga sekitar.
Jadi jangan heran jika pasar-pasar malah ramai di hari Idul Fitri. Para ibu akan mengunjungi pasar tradisional di siang hari untuk berbelanja berbagai kebutuhan Hari Raya Besar. Bahkan banyak pasar yang justru lebih ramai dibanding hari biasa. Bahkan ada juga pedagang yang menjual stok masakan lebaran karena kebanyakan pasar akan tutup di Hari Raya Besar.
Hari kedelapan ini juga dimanfaatkan sebagai hari ‘bersih-bersih’. Saat hari telah petang, warga Malang akan mencuci benda-benda berharganya seperti keris hingga kendaraan. Ritual ini dilanjut dengan mandi di malam hari. Dengan begitu mereka yakin untuk menyambut hari dengan semangat baru dan rida Allah.
Featured Image: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/04/05/alun-alun-tugu-kota-malang-saksi-perjuangan-bangsa-indonesia-di-bumi-arema