Tahukah kamu Museum Fatahillah yang berdiri di Kota Tua dulunya dikenal sebagai Stadhuis Van Batavia/City Hall of Batavia? Bangunan seluas 1.300 meter persegi itu dipercaya meniru model bangunan Istana Dam di Belanda. Gedung yang menjadi pusat kantor administrasi kota Batavia ini tentu tidak serta-merta langsung dibangun sebesar yang kita ketahui sekarang, melainkan melalui dua tahap. Pertama kali dibangun tahun 1627 atas perintah Gubernur-Jenderal Jan Pieterszoon Coen, gedung ini hanya memiliki satu lantai. Namun karena tanah di kota Batavia tidak stabil menyebabkan bangunan ini perlahan-lahan turun dari permukaan tanah. Akhirnya bangunan ini dibongkar dan dilakukan konstruksi ulang atas perintah Gubernur-Jenderal Joan van Hoorn pada tahun 1707. Gedung ini diresmikan kembali oleh Gubernur-Jenderal Abraham van Riebeeck pada tanggal 10 Juli 1710.
Bangunan bergaya neoklasik ini memiliki gedung utama yang dilengkapi dua sayap di bagian timur dan barat. Terdapat tiga lantai dan bagian atap utama dilengkapi dengan penunjuk arah mata angin. Ada juga bangunan sanding yang diperuntukkan sebagai ruang kerja dan ruang pengadilan karena Dewan Kotapraja (College van Schepenen) dan Dewan Pengadilan (Raad van Justitie) berkantor di sini. Di bawah gedung ini terdapat ruang bawah tanah yang menjadi penjara. Jumlah total ruangan di gedung ini ada sekitar tiga puluh tujuh.
Di depan bangunan ini terdapat sebuah lapangan umum yang dikenal sebagai Stadhuisplein (Alun-Alun Balai Kota), yang kini disebut sebagai Taman Fatahillah. Di tengah alun-alun terdapat air mancur yang digunakan sebagai sumber air pada masa kolonial. Di alun-alun juga terdapat meriam Portugis bernama Meriam Si Jagur dengan ornamen tangan berbentuk isyarat ara (ibu jari yang terjepit di antara dua jari), yang diyakini oleh masyarakat setempat dapat menyuburkan wanita. Alun-alun ini juga menjadi tempat eksekusi.
Akibat meluasnya wilayah Batavia, kantor administrasinya pun berpindah ke tempat lain. Balai kota yang kosong pun dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Jawa Barat. Namun pada masa pendudukan Jepang, bangunan ini dimanfaatkan sebagai kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, bangunan ini digunakan kembali sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat sekaligus markas Komando Militer Kota I hingga tahun 1961. Bangunan ini sempat digunakan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hingga tahun 1970, sebelum bangunan tersebut ditetapkan sebagai Cagar Budaya. Bangunan ini pun direnovasi sebelum diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Featured Image: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/01/25/sejarah-hari-ini-25-januari-1707-gedung-baru-stadhuis-yang-kini-jadi-museum-fatahillah