Kerajaan Tarumanagara merupakan kerajaan yang dikenal dengan perkembangan budaya tulis-menulis. Hal ini terbukti dari banyaknya prasasti peninggalan kerajaan ini yang berhasil ditemukan. Salah satu prasasti yang terkenal adalah Prasasti Tugu.

Prasasti Tugu ditemukan di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu, tepatnya di sekitar Simpang Lima Semper sekarang, tidak jauh dari tepian Kali Cakung. Wilayah penemuannya sekarang lebih dikenal sebagai kelurahan Tugu Selatan, kecamatan Koja, Jakarta Utara. Pada awalnya oleh penduduk sekitar desa, prasasti ini disebut sebagai ‘batu tumbuh’.  Hal ini dikarenakan prasasti itu ada dalam keadaan terkubur dan mencuat 10 cm keluar dari tanah. Namun seiring berjalannya waktu dan berubahnya struktur tanah, lapisan di sekitarnya mulai terkikis hingga menarik perhatian Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Perkumpulan Batavia untuk Kesenian dan Ilmu). Secara resmi Prasasti Tugu ditemukan pada 4 Maret 1879, namun menurut para arkeolog prasasti ini diciptakan sekitar abad ke-5 Masehi. Penemuannya kemudian dicatat dalam Notulen Bataviaasch Genootschap (Risalah Masyarakat Batavia). Seorang arkeolog Belanda bernama P De Roo de La Failler kemudian mengusulkan pemindahan Prasasti Tugu, sehingga pada tahun 1910 pun prasasti ini menjadi daftar inventaris Museum Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (sekarang Museum Nasional).

Prasasti berbentuk bulat telur seukuran kurang-lebih satu meter ini ditulis dalam aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka (pantun yang memiliki beberapa bait dan saling sambung-menyambung) bahasa Sanskerta dengan metrum (pola Bahasa) Anustubh. Terdapat lima baris tulisan melingkar yang mengikuti bentuk permukaan batu dan terdapat pahatan hiasan tongkat seperti trisula yang menjadi batas pemisah antara awal dan akhir kalimat. Namun tidak ada tanggal pembuatan yang tercantum. Perkiraan pembuatan prasasti  didasari oleh analisis gaya dan bentuk aksara. Prasasti ini diestimasikan dibuat pada masa kepemimpinan Raja Purnawarman, tepatnya pada tahun ke-22 pemerintahannya sebagai peringatan peresmian Sungai Gomati dan Candrabhaga. Terjemahan bebas prasasti tersebut adalah:

‘Pada suatu ketika sebuah sungai bernama Chandrabaga telah selesai digali oleh seorang raja yang mulia dengan lengan yang kencang dan kuat bernama Purnavarmman, agar sungai itu bisa langsung mengalir ke laut. Sungai ini adalah sungai yang mengalir di sebelah istana raja yang terkenal. Pada tahun ke-22 dari kedudukannya yang Mulia Purnavarmman yang berkilauan dengan kepintaran dan kebijakannya telah menjadi kiblat bagi para raja. Dialah yang memerintahkan penggalian sebuah sungai yang jernih dan indah bernama Gomati. Sungai ini adalah sungai yang mengalir di tengah-tengah kediaman yang mulia para pepundi atau Neneknda Purnavarmman. Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik pada hari kedelapan pada bulan gelap Palguna dan berakhir pada hari ketiga belas bulan terang Caitra. Pekerjaan ini hanya berlangsung 21 hari dengan menyelesaikan penggalian sepanjang 6.122 tombak panjangnya. Pemberkahan pembangunan ini dilakukan oleh para Brahmin yang disertai 1.000 ekor sapi sebagai persembahannya.’

Featured Image: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/munas/prasasti-tugu/

error: Content is protected !!