Mandat untuk Palestina (dikenal juga sebagai Mandat atas Palestina atau Mandat Britania atas Palestina) merupakan sebutan untuk wilayah di Timur Tengah selama tahun 1920 hingga 1948 yang sebelumnya merupakan wilayah Kerajaan Ottoman (Kesultanan Turki Utsmani). Modern ini wilayah tersebut mencakup Yordania, Israel, dan wilayah-wilayah yang diperintah oleh Otoritas Palestina. Wilayah ini dulunya dipercayakan oleh Liga Bangsa-Bangsa kepada Britania Raya setelah Perang Dunia I untuk diadministrasikan.
Setelah kedatangan Inggris, penduduk Arab mendirikan Asosiasi Muslim-Kristen di semua kota besar. Pada tahun 1919 mereka bergabung untuk mengadakan Kongres Arab Palestina pertama di Yerusalem. Kongres ini ditujukan kepada perwakilan pemerintah sebagai pernyataan sikap oposisi terhadap Deklarasi Balfour. Deklarasi Balfour adalah pernyataan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris pada tahun 1917 selama Perang Dunia Pertama yang mengumumkan dukungan untuk pembentukan “rumah nasional bagi orang-orang Yahudi” di Palestina. Secara bersamaan, Komisi Zionis dibentuk pada Maret 1918 dan aktif mendukung Deklarasi Balfour di Palestina. Pada 19 April 1920, pemilihan berlangsung untuk Majelis Perwakilan komunitas Yahudi Palestina. Asosiasi ini kemudian dengan tegas melakukan perlawanan.
Pada 10 Juni 1940, Italia menyatakan perang terhadap Persemakmuran Inggris dan berpihak pada Jerman. Sebagai upaya Angkatan Udara Kerajaan Italia (Regia Aeronautica) untuk menyerang Britania Raya dan kerajaan seberang lautannya di seluruh Timur Tengah selama Perang Dunia II, Italia mengebom kota Tel Aviv dan Haifa di Palestina dan menimbulkan banyak korban.
Seperti di sebagian besar dunia Arab, tidak ada kesepakatan di antara orang-orang Arab Palestina tentang posisi mereka terkait dengan pihak yang berperang dalam Perang Dunia II. Sejumlah pemimpin dan tokoh masyarakat melihat kemenangan Poros sebagai hasil yang mungkin terjadi dan cara mengambil kembali Palestina dari cengkeraman Zionis dan Inggris. Meskipun orang Arab tidak terlalu dihormati oleh teori rasial Nazi, Nazi mendorong dukungan Arab sebagai lawan dari hegemoni Inggris.
Pada tahun 1942, ada periode keprihatinan besar bagi Yishuv, badan penduduk Yahudi di tanah Palestina sebelum berdirinya Negara Israel pada tahun 1948. Pasukan Jenderal Nazi Erwin Rommel maju ke timur melintasi Afrika Utara menuju Terusan Suez dan ada ketakutan bahwa mereka akan menaklukkan Palestina. Periode ini disebut sebagai “200 hari ketakutan”. Peristiwa ini adalah penyebab langsung berdirinya, dengan dukungan Inggris, Palmach- unit reguler yang sangat terlatih milik Haganah (kelompok paramiliter yang sebagian besar terdiri dari pasukan cadangan).
Selama masa inilah Zionis terus memperkuat militernya di Palestina sebelum mendeklarasikan pendirian Israel. Jumlah umat Yahudi di Palestina juga terus meningkat akibat pelarian mereka dari Holokaus. Pemberontakan dengan kekerasan terhadap Mandat Britania semakin menjadi-jadi. Pada 6 November 1944, Eliyahu Hakim dan Eliyahu Bet Zuri (anggota Lehi, pejuang untuk Kebebasan Israel) membunuh Lord Moyne di Kairo. Moyne adalah Menteri Negara Inggris untuk Timur Tengah.
Featured Image: https://www.fotw.info/flags/mpe~hc36.html