Suram. Kesanku pertama kali yang terlintas begitu memasuki kota Hiroshima. Entah karena saat itu sedang musim dingin atau karena teringat sebuah peristiwa besar yang memilukan pernah terjadi berpuluh-puluh tahun lalu di kota ini. Jalanan kota Hiroshima tidak sepadat kota-kota besar di Jepang seperti Tokyo dan Osaka, namun ada yang menarik perhatianku selama perjalanan menuju hotel dari bandara yaitu adanya trem yang hilir mudik melewati jalan-jalan besar dan masih menjadi moda transportasi harian masyarakat di Hiroshima. Sepertinya asyik bila bisa mengelilingi kota menggunakan trem yang masih berbentuk klasik sambil menikmati tiap sudut kotanya namun sayang aku tidak sempat mencobanya waktu itu.
Ada beberapa tempat menarik yang aku kunjungi selama di Hiroshima, salah satunya yaitu Itsukushima Shrine atau Kuil Itsukushima yang terletak di Miyajima yaitu pulau kecil dekat kota Hiroshima yang harus menggunakan kapal ferry untuk menyebrang ke pulau tersebut. Kuil ini mempunyai torii atau pintu gerbang kuil tradisional Jepang yang sangat terkenal dan menjadi salah satu ikonnya Jepang. Torii ini letaknya di laut di depan Kuil Itsukushima, kalau lautnya sedang surut orang-orang yang datang bisa berfoto di bawah torii namun sayang toriinya sedang di pugar waktu aku berkunjung ke sana karena sedang di renovasi. Untuk kuilnya sendiri sangat khas bergaya tradisional Jepang dan dikenakan biaya untuk masuk masuk ke kuil ini yaitu sebesar 300 Yen. Ada beberapa hal yang menarik dari perjalanan menuju Kuil Itsukishima, yang pertama adalah saat turun dari dermaga, banyak rusa Jepang berkeliaran seperti menyambut para tamu yang datang. Mereka cukup jinak terutama bila ada turis yang membawa makanan yang akan membuat mereka akan mengintil untuk meminta makanan turis tersebut. Hal selanjutnya yang menarik adalah toko-toko yang berjejer di kiri kanan jalan menuju kuil yang kebanyakan menjual souvenir atau pun makanan. Pastinya perjalanan menuju kuil tidak akan mulus tanpa berhenti dulu di toko-toko tersebut yang bagiku sangat memanjakan mata.
Tempat selanjutnya yang kudatangi yaitu Hiroshima Peace Memorial Park di mana taman ini merupakan tempat peringatan yang diperuntukan untuk mengenang tragedi jatuhnya bom atom di kota ini pada tanggal 6 Agustus 1945. Tempat yang kukunjungi terlebih dahulu adalah The Hiroshima Peace Memorial atau Atomatic Bomb Dome yaitu sebuah bangunan yang masih berdiri dari sisa tragedi bom atom. Konon, bom atom tersebut meledak di atas bangunan ini dan bangunan tersebut masih berhasil menahan gaya ledakan sehingga masih mempertahankan bentuknya. Lalu tempat berikutnya adalah The Hiroshima Peace Memorial Museum di mana tempat ini memamerkan barang-barang peninggalan korban, foto dan barang lainnya. Ada juga beberapa foto yang menggambarkan kota Hiroshima sebelum dan sesudah pemboman. Sebelum mengunjungi museum ini, aku sempat bertemu dengan beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang bersekolah di Hiroshima dan bertanya mengenai museum ini. Mereka mengatakan bahwa museum tersebut sangat menyayat hati mereka. Tentu saja hal ini membuatku penasaran. Benar saja begitu memasuki museum ini, para pengunjung disuguhkan dengan gambar kota Hiroshima sebelum terjadi pengeboman dan kemudian dilanjutkan dengan gambar setelah pengeboman. Kemudian dilanjutkan dengan barang-barang peninggalan para korban seperti baju, tas, dompet dan lainnya. Sampai dengan foto-foto korban yang terluka akibat bom dan radiasinya. Aku sendiri sangat pilu melihat bukti-bukti yang tertinggal dari kejadian ini. Sungguh ironi sebenarnya bila mengingat kejadian ini merupakan salah satu peristiwa yang membuat Indonesia akhirnya medapatkan kemerdekaannya dari jajahan Jepang kala itu.
Tentunya masih banyak beberapa tempat wisata di Hiroshima yang menarik, namun kunjunganku waktu itu hanya sempat mengunjungi 2 destinasi wisata yang sangat kental dengan sejarah yang melatarbelakanginya. Hiroshima walaupun kota kecil namun membuatku tertarik untuk mengunjunginya lagi. Nanti, bila ada kesempatan untuk kembali.