Untuk merayakan berdirinya The Heritage Opera, kami sengaja mengangkat kisah Bandoeng Tempo Doeloe sebagai edisi perdana. Selama satu bulan ke depan, kami akan menyajikan sejumlah artikel fiksi dan non-fiksi terkait dengan Kota Bandung.
Kenapa Bandung?
Mayoritas dari kami memiliki memori sendiri dengan kota cantik ini. Sebagai bentuk rasa cinta dan dedikasi, kami pun memutuskan untuk mengajak Heritage Lovers semua untuk mencintai Kota Bandung!
NAGORIJ BANDONG
Plan den Nagorij Bandong merupakan peta awal Kota Bandung yang dibuat pada tahun 1825. Peta tersebut menuliskan bahwa ada delapan bangunan yang telah berdinding batu yakni Rumah Bupati, Administratur Perkebunan Kopi, Tumenggung, Patih, Pesanggrahan, Pelukis Belgia A.A.J. Payen, Tangsi Tentara, dan masjid (Katam dan Abadi, 2010).
Bandong sendiri awalnya hanya sebuah desa kecil yang terletak di tepi dataran tinggi. Rencana pemindahan ibukota Tatar Ukur dari Krapyak ke tepi Jalan Raya Pos, telah mengubah masa depan desa kecil tersebut. Bandong pun menjadi ibukota kabupaten baru pada tanggal 25 September 1810. Toponimi Bandung sendiri masih dalam perdebatan. Ada yang menganggap bahwa nama kota Bandung berasal dari kata Bandeng atau Ngabandeng. Dalam Bahasa Sunda, Bandeng memiliki arti sebagai genangan air yang luas dan tenang (Prasetyo, 2019). Namun Katam dan Abadi (2010) mencatat asal nama lain yakni ngabandungan yang bisa diartikan sebagai berhadapan atau berdampingan. Konon, Talaga Purba Bandung bila dilihat dari Gunung Tangkuban Parahu terlihat seperti dua danau yang berhadapan.
Kota Bandung pun semakin popular dari hari ke hari. Namanya pun berganti dari Bandong menjadi Bandoeng. Atap-atap rumbia perlahan-lahan mulai digantikan oleh genting dan bangunan yang lebih permanen. Pemerintah kolonial kemudian mulai memindahkan fungsi militer dari Batavia ke Bandoeng. Mereka juga membuat rencana penetapan Bandoeng kemudian direncanakan sebagai ibukota pemerintahan Hindia Belanda. Untuk mendukung rencana tersebut, Bandoeng mulai menggenjot pembangunan gedung-gedung dengan fungsi khusus seperti pemerintahan, pendidikan, dan penelitian. Beberapa bangunan yang masih dapat kita lihat antara lain Gedung Sate, Institut Teknologi Bandung, dan Biofarma.
Sumber: Wikipedia
Kota Bandoeng pun mulai melakukan kampanye besar-besaran untuk mengundang publik. Ajakan untuk mengunjungi, tinggal dan bangun rumah di Bandoeng pun gencar disampaikan. Bandung digambarkan sebagai kota yang indah dan nyaman dihuni. Akibat kecantikannya, kota ini pun mendapatkan julukan khusus yakni Parijs Van Java. Selama puluhan tahun, Nagorij Bandoeng telah mencuri hati para wisatawan dan penduduknya. Bahkan sekarang pun, Bandung tetap memiliki arti khusus bagi banyak orang.
Apakah anda salah satunya, heritage lovers?
Ditunggu cerita-ceritanya untuk meramaikan event Djelajah Bandoeng Tempo Doeloe ya!