Seperti yang pernah dibahas sebelumnya tentang Hotel Concordia, kamu pasti tahu Gedung Merdeka ini awalnya merupakan tempat pertemuan Sociëteit Concordia. Gedung ini dibangun pertama kali tahun 1895, namun direnovasi oleh Wolff Schoemacher, Albert Aalbers dan Van Gallen pada tahun 1926. Seperti kebanyakan gedung lain yang dibangun pada masa itu, Gedung Concordia juga menggunakan gaya Art-Deco. Bangunan yang menempati areal seluas 7.500 meter persegi itu dibuat dengan lantai dari marmer Italia, akan tetapi ada beberapa bar dan ruangan yang menggunakan kayu cikenhout, lengkap dengan lampu kristal di langit-langitnya.
Gedung Concordia sempat berganti nama menjadi Dai Toa Kaman pada masa pendudukan Jepang dan beralih fungsi menjadi pusat budaya. Gedung ini juga sempat menjadi markas tentara Indonesia saat melawan tentara Jepang yang menolak mundur setelah proklamasi kemerdekaan. Namun seusai perang, tepatnya pada tahun 1946 sampai dengan 1950, gedung ini kembali digunakan sebagai balai pertemuan. Pertunjukan seni, pesta, tarian, dan jamuan makan malam kerap kali menjadi pengisi kegiatan di gedung ini.
Karena Gedung Concordia merupakan bangunan termegah dan terbesar dengan lokasi yang strategis yaitu dekat dengan Savoy Homann Hotel dan Preanger Hotel di pusat kota, pada tahun 1954 Gedung ini dipilih menjadi lokasi Konferensi Asia-Afrika. Untuk memenuhi kebutuhan akan tempat konferensi berskala Internasional, Jawatan Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat yang dimpimpin oleh Ir. R. Srigati Santoso pun ditunjuk untuk merenovasi gedung. Dalam pelaksanaan renovasi ini Ir. R. Srigati Santoso menggaet Biro Ksatria, PT. Alico, dan PT. AIA. Setelah renovasi selesai, gedung ini pun resmi berganti nama menjadi Gedung Merdeka.
Selain menjadi tempat Konferensi Asia-Afrika, Gedung Merdeka digunakan sebagai kantor Konstituante Republik Indonesia, kemudian tempat kegiatan Badan Perancang Nasional, lalu Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Pada tahun 1965 juga sempat dilangsungkan Konferensi Islam Asia Afrika di sini. Setelah pemberontakan G30S/PKI meletus, Gedung Merdeka dikuasai oleh instansi militer dan dijadikan tempat tahanan politik. Meski beberapa kali beralih fungsi, nama ‘Gedung Merdeka’ tetap terpampang di bagian depan gedung.
Setelah melalui masa kelam tersebut, pemeliharaan Gedung Merdeka akhirnya diserahkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat pada bulan Juli 1966. Pengalihan tanggung jawab tidak berhenti di sana, karena Pemerintah Daerah Tingkat I menyerahkan lagi kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kota Madya Bandung. Pada bulan Maret 1980 gedung tersebut menjadi tuan rumah peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika, dan Presiden Soeharto juga meresmikannya sebagai Museum Konferensi Asia Afrika.
Featured Image: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Gedung_Merdeka,_voormalige_soci%C3%ABteit_Concordia_-_20651406_-_RCE.jpg