Jeddah merupakan kota terbesar kedua di Arab Saudi, menyusul ibukotanya Riyadh. Meski berfungsi sebagai pusat komersial negara, Jeddah tetap memiliki sudut yang kaya akan sejarah. Tempat ini bernama Al-Balad, yang kerap juga disebut sebagai ‘Gerbang Masuk Makkah”.
Sudut kota ini telah berdiri sejak abad ke-7 dan dulunya berfungsi sebagai pusat kota. Hingga kini di Al-Balad masih berdiri peninggalan sejarah berupa benteng, masjid, bangunan arkeologi dan warisan budaya, marka tanah, pasar-pasar tua, hingga pemakaman non-muslim. Di sini juga ada beberapa distrik bersejarah yang disebut Jalur (harrat), bisa dikatakan jalur-jalur tersebut sebagai kota tuanya Jeddah.
Jalur-jalur tersebut berdiri di dalam Benteng Jeddah yang dibangun oleh Husain al-Kurdi, salah satu Gubernur Jeddah pada masa Kesultanan Mamluk. Benteng ini awalnya dibangun untuk melindungi Laut Merah dari serangan Portugal. Benteng ini dilengkapi menara-menara dan meriam-meriam untuk menyerang kapal musuh. Di luar benteng dibentuk parit untuk meningkatkan keamanan kota. Terdapat tujuh gerbang di benteng ini, Gerbang Laut, Gerbang Makkah, Gerbang Madinah, Gerbang Syarif, Gerbang Jadid (Baru), Gerbang Punt dan Gerbang al-Magharibah. Namun tembok benteng telah dihancurkan tahun 1947 demi restorasi kota.
Distrik pertama di sana adalah Jalur al-Mazhlum (yang dizalimi) dinamakan demikian berkaitan dengan peristiwa Sayyid Abdul Karim al-Barzanji yang dibunuh oleh Kesultanan Ottoman. Di jalur ini terdapat bangunan bersejarah berupa Rumah Al Qabil, Rumah Al Syaikh, Masjid asy-Syafi’i dan Pasar al-Jami’. Jalur Syam mencerminkan letaknya yang mengarah ke negeri Syam, di jalur ini berdiri Rumah as-Surati dan Rumah az-Zahid. Jalur Yaman mengarah ke negeri Yaman, di mana Rumah Al Nashif, Rumah al-Kayal, Rumah al-Jamjum, Rumah Al Sya’rawi dan Rumah Al Abdu ash-Shamad berdiri. Jalur Laut menghadap ke arah laut dan di sana ada Rumah Al an-Namr, Rumah Al Ridhwan. Jalur al-Karnatinah menghadap Pelabuhan Laut dan kilang minyak. Distrik terakhir adalah Jalur Sejuta Anak yang dipenuhi anak kecil.
Kotamadya Jeddah telah melakukan upaya pelestarian Al-Balad sejak tahun 1970-an. Usaha ini dikuti dengan pendirian lembaga Masyarakat Pelestarian Sejarah Jeddah pada tahun 1991 dengan tujuan melestarikan arsitektur sejarah dan budaya di sana. Tak berhenti di situ, pada tahun 2002 pemerintah juga mengalokasikan US $ 4 juta. Komisi Pariwisata dan Purbakala Saudi mendaftarkan Al-Balad ke UNESCO pada tahun 2009 dan diresmikan sebagai Warisan Dunia pada tahun 2014.
Featured Image: https://savvyandfine.com/jeddahs-historic-al-balad-in-saudi-arabia/