Salah satu kota favorit saya di Jepang adalah Kyoto. Menurut saya, Kyoto adalah the real Japan. Saya sering mengibaratkan Kyoto dan Tokyo ini adalah Yogya dan Jakarta-nya Jepang. Terlebih setelah mengetahui bahwa Kyoto pernah menjadi ibukota negara, sebelum dipindah ke Tokyo. Persis dengan kisah Yogyakarta, ‘kan?
Hal yang membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama, adalah suasana kota Kyoto yang dipenuhi oleh bangunan cagar budaya. Salah satunya adalah Kiyomizudera. Laiknya kebanyakan kuil besar di Jepang, kuil Buddha ini pun terletak di lokasi yang cukup tinggi.
Kuil yang dibangun tahun 780 tersebut memiliki area panggung kayu yang terkenal dengan keindahan panoramanya. Panggung yang terletak 18 meter di atas permukaan bukit itu menghadap langsung ke arah bukit dan pepohonan yang asri. Itulah sebabnya, kuil ini tidak pernah sepi pengunjung. Terutama pada musim gugur dan sakura bermekaran.
Perjalanan ke UNESCO world heritage ini sangatlah mudah. Dari stasiun Kyoto, kita bisa menggunakan bus kota, kemudian turun di distrik Higashiyama. Dari sini kita harus menapaki jalanan kecil yang mendaki dan dipenuhi oleh toko-toko cendera mata yang berupa bangunan klasik Jepang di kedua sisinya.
Selepas area itu, kita masih harus mendaki puluhan anak tangga lagi. Cukup melelahkan, terutama bagi orang yang tidak suka naik tangga seperti saya. Tapi semua jerih payah itu terbayar sudah, begitu sampai di panggung kayu, memandang bebas hamparan luas perbukitan dan pepohonan yang menyejukkan.
Hal yang mengagumkan bagi saya adalah bangunan yang usianya sudah sekian abad tersebut masih kuat dan terjaga dengan baik, bahkan untuk menampung ribuan pengunjung! Sempat beberapa kali dipugar, namun bahan dan konstruksi dasarnya tetap terpelihara dan dipertahankan.
Tidak hanya Kiyomizudera, semangat untuk menjaga cagar budaya di seluruh pelosok negeri Sakura ini memang luar biasa. Bahkan ada beberapa kampus yang menawarkan ilmu preservasi bangunan tua sebagai program studinya. Semoga bangsa kita dapat belajar dari mereka, bangsa yang terdepan di bidang teknologi, tapi tetap menjunjung tinggi dan merawat budayanya.

Foto: https://www.japan-guide.com/e/e3901.html

About the author: Fithriyah A.
Founder of THO
error: Content is protected !!