Kuil Oeosa pertama kali didirikan pada tahun 602 di Hangsa-ri, Ocheon-eup, Nam-gu, Pohang, Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan selama Periode Silla di bawah pemerintahan Raja Jinpyeong, penguasa kedua puluh enam yang memerintah dari tahun 579 M hingga 632 M. Dalam inkarnasi pertamanya kuil ini disebut Hangsasa. Kuil ini mendapatkan namanya yang sekarang dari cerita yang melibatkan biksu Hyegong dan Wonhyo. Suatu hari, ketika mencoba untuk menghidupkan kembali dua ikan yang telah berenang di danau yang bersebelahan dengan kuil, salah satu dari dua ikan hidup kembali. Kedua biksu tersebut mengklaim bahwa merekalah yang menghidupkan kembali ikan tersebut, sehingga sejak hari itu kuil tersebut dikenal sebagai Oeosa yang berarti “Kuil Ikan Saya”.
Segera setelah memasuki pekarangan kuil, pengunjung akan disambut Lonceng Brahma besar yang terletak di tengah paviliun yang dihiasi dengan Biseon yang indah dan gong ikan kayu. Di sebelah kanan paviliun lonceng, ada air mancur kuil yang dihiasi patung batu kecil berbentuk biksu yang duduk di kepala air mancur. Di sebelah kanan air mancur terdapat Nahanjeon, tempat kumpulan patung Nahan emas mengelilingi tiga serangkai besar patung yang berpusat pada Seokgamonibul (Buddha Bersejarah).
Di sebelah Nahanjeon, ada Samseonggak yang memiliki lukisan pemandangan indah di dinding luarnya. Di dalam, diletakkan di tengah altar utama, ada lukisan agak panjang yang didedikasikan untuk Chilseong (Tujuh Bintang). Di sebelah kanan ada lukisan Dokseong (Pertapa), dan di sebelah kiri adalah lukisan Yongwang (Raja Naga). Di sebelah kiri, ada Sansingak yang menyimpan lukisan harimau yang ganas.
Aula utama di Oeosa, Daeungjeon, terletak di tengah halaman kuil, dan bukan di belakang halaman, seperti di kuil lain pada umumnya. Daeungjeon berasal dari tahun 1741, dan di semua sisinya dikelilingi oleh mural Shimudo, Penggembala Sapi. Di sebelah kiri terdapat asrama untuk biksu, pusat pengunjung, dan dapur kuil.
Museum kuil menyimpan topi yang diklaim sebagai milik Biksu Agung Wonhyo, serta lonceng perunggu yang berasal dari tahun 1216 dengan beratnya 180kg, tepatnya pada tahun ke-3 pemerintahan Raja Gojong dari Goryeo. Lonceng ini digunakan untuk menandakan jam atau pertemuan. Meski dibuat pada Periode Goryeo, desain lonceng ini banyak mendapat pengaruh Periode Silla. Lonceng ini memiliki yongnyu (kanon), yongtong (silinder suara), yugwak (ruang hias berbentuk persegi dengan sembilan puting berbentuk bunga teratai tersusun simetris), dan dangjwa (bagian tempat tongkat dipukul saat membunyikan lonceng). Keberadaan dangjwa adalah fitur yang hanya ditemukan di lonceng yang dibuat di Semenanjung Korea. Lonceng itu juga berisi gambar dua bodhisattva yang saling berhadapan dan berlutut di atas bantal duduk bermotif bunga, tangan mereka saling bertautan. Bagian lain dari lonceng menampilkan prasasti berbentuk tablet kamar mayat termasuk huruf Brahmi. Lonceng Perunggu di Oeosa terdaftar sebagai Harta Karun No. 128.
Featured Image: http://www.10picturesinpohang.com/2012/10/no-one-can-argue-that-pohang-has.html