Masjid Al-Atawlah, yang terletak hampir 30 kilometer sebelah utara kota Baha, tepatnya di episentrum desa warisan Al-Atawlah, merupakan salah satu masjid bersejarah di Arab Saudi. Usianya telah mencapai 900 tahun. Masjid ini sempat ditinggalkan selama 20 tahun, karena telah banyak masjid baru yang fasilitasnya lebih modern. Namun setelah masuk ke dalam proyek Pangeran Mohammad Bin Salman (wakil perdana menteri dan menteri pertahanan) untuk Renovasi Masjid Bersejarah di Kerajaan, masjid ini kembali dibuka.

Masjid Al-Atawlah merupakan satu dari 30 masjid di 10 wilayah Kerajaan yang digarap selama tahap pertama yang memakan waktu 423 hari. Secara keseluruhan proyek ini menelan biaya lebih dari SR50 juta. Pelestarian dan pengembangan masjid bersejarah untuk menyoroti dimensi budaya Kerajaan memang menjadi salah satu visi yang ingin dicapai oleh Kerajaan.

An abandoned 900-year-old mosque in Saudi Arabia just reopened - Esquire Middle East

Interior Dalam | Esquire Middle East

Masjid yang berdiri di lahan seluas sekitar 300 meter persegi ini dibangun dari batu berbentuk tidak beraturan dan atapnya terbuat dari batang pohon juniper. Langit-langitnya berdiri di atas pilar kayu melingkar. Ada halaman terbuka, tempat wudhu, tangki air, dan tangga luar ke atap tempat muazin harus naik untuk azan. Terdapat dua pintu masuk, satu di sisi timur dan satu lagi di utara. Masjid ini mampu menampung 130 jamaah dan dulunya merupakan satu-satunya tempat melaksanakan salat Jumat di desa tersebut. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini dijadikan tempat pertemuan untuk belajar Al-Quran dan Sunah Nabi. Tempat ini juga menjadi tempat penduduk belajar membaca dan menulis.

Renovated Al-Atawlah Heritage Mosque in Baha opens its doors to worshipers - Saudi Gazette

Mihrab | Saudi Gazette

Rehabilitasi masjid dilakukan dengan cara yang sesuai dengan tradisi desa, yaitu menghindari teknologi. Renovasi dimulai dengan melakukan studi, mendokumentasikan dimensi historis dan arsitektural masjid, meninjau semua tantangan seputar masjid, dan mempertahankan gaya arsitektur awalnya yang sebagian bergantung pada batu dan kayu lokal yang menjadi ciri khas. Kemudian dilanjutkan dengan konstruksi, desain, dan penataan ulang, serta pengembangan lahan dan tempat wudhu di dekat masjid yang semuanya dilakukan dengan cara kuno. Proses tersebut menjadi dorongan besar bagi moral desa.

 

Featured Image: https://berita.baca.co.id/62334576?origin=relative&pageId=06590b29-7ebd-4014-a7f5-f02fb89e76e3&PageIndex=3

error: Content is protected !!