Tahukah kamu bahwa Pasar Jatinegara di Jakarta Timur merupakan salah satu pasar tertua di Jakarta? Pasar ini dulunya hanya buka pada hari Kamis, sehingga sering disebut Pasar Kemis. Namun nama asli pasar tersebut adalah Mester Passer (Pasar Mester).

Dulunya Pasar Mester hanya menjual bahan pokok, ayam, kambing, dan jahitan pakaian saja. Hingga tahun 1948 pun pasar tersebut masih berupa lapak-lapak kumuh dan dipenuhi preman. Bangunan permanen baru ada pada tahun 1970. Kini pasar tersebut telah menjadi pusat grosir terbesar di Jakarta.

File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Luchtfoto van Batavia (meester Cornelis) met de Tjiliwoeng-rivier TMnr 10014859.jpg

Pasar Mester tahun 1940an | Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Luchtfoto_van_Batavia_(meester_Cornelis)_met_de_Tjiliwoeng-rivier_TMnr_10014859.jpg

Namun pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, kata ‘Mester’ tidak hanya merujuk pada Pasar Kemis, melainkan sebuah kabupaten yang meliputi Bekasi, Cikarang, Matraman dan kebayoran. Penguasanya adalah Meester (Tuan/Penguasa) Cornelis Senen. Ia adalah seorang guru agama Kristen berdarah Portugis dari pulau Lontar. Ia juga fasih dalam bahasa Melayu dan mendirikan sekolah di tahun 1635.

Sekitar pertengahan abad ke-17, ia mendapat izin dari Pemerintah Hindia-Belanda untuk membuka lahan di tepi sungai Ciliwung, kira-kira 15-20 kilometer dari Batavia pada saat itu. Konon dulunya kawasan tersebut adalah hutan Jati. Perlahan kawasan tersebut pun bertransformasi menjadi kota penyangga Batavia dan diresmikan sebagai kabupaten pada tahun 1924. Ada beberapa bangunan tua di kawasan tersebut yang masih bertahan hingga kini antara lain Gereja Koinonia, SMP Negeri 14 Jakarta, Stasiun Jatinegara, Gedung Eks. Kodim 0505, Kantor Pos Jatinegara, Toko Sedap Djaja (Wong Hin) Kopi Biskota, dan Wihara Hok Tek Tjeng Sin. Gedung-gedung ini dipercaya telah berdiri sejak akhir abad ke-19.

Pasar Jatinegara – Delapan Pasar Tradisional

Pintu Masuk Pasar Jatinegara | Sumber: https://8pasartradisionalid.wordpress.com/2015/04/02/pasar-jatinegara/

Nama Mester berganti menjadi Jatinegara pada masa pendudukan Jepang sekitar tahun 1942. Nama tersebut berarti ‘negara sejati’, akan tetapi ada juga yang mengatakan nama tersebut hanya merujuk pada banyaknya pohon jati di kawasan tersebut. Namun meskipun telah lama berganti nama, tulisan ‘Pasar Mester’ masih terpampang di pintu masuk pasar dari Jalan Jatinegara Timur. Para kenek bus atau angkot pun masih meneriakkan “Mester, Mester!” untuk menunjukkan bahwa angkutannya melewati Pasar Jatinegara.

Featured Image: https://megapolitan.kompas.com/read/2020/08/17/10224711/jatinegara-dari-rawa-penuh-darah-pasukan-eropa-hingga-jadi-kota-maju?page=all

error: Content is protected !!