Pasar Tanah Abang adalah pasar kedua yang didirikan oleh Yustinus Vinck, pemilik Pasar Senen. Pasar ini resmi dibuka pada 30 Agustus 1735 setelah mendapat izin dari Gubernur-Jendral Hindia-Belanda ke- 24, Abraham Patras. Pasar ini beroperasi setiap hari Sabtu dan kebanyakan pedagangnya menjual tekstil serta barang kelontong lainnya.
Pasar ini sebenarnya bernama De Nabang. Nabang sendiri merupakan pohon yang dulunya banyak tumbuh di kawasan tersebut. Namun di lidah pribumi, De Nabang berubah menjadi Tenabang. Pada tahun 1890 perusahaan jawatan kereta api ‘meluruskan’ sebutan tersebut menjadi ‘Tanah Abang’.
Pasar ini sempat dijarah habis-habisan pada tahun 1740, sebagai salah satu akibat Peristiwa Geger Pecinan (pembantaian etnis Cina oleh Belanda). Puncaknya pasar ini berakhir dengan dibakar. Namun pada tahun 1881 Pasar Tanah Abang dibangun kembali dan hari operasinya ditambah dengan hari Rabu.
Pasar ini mulanya sangat sederhana. Hanya berdiri dari dinding bambu dan papan serta atap rumbia. Namun seiring berjalannya waktu, pasar ini terus dirombak sehingga pada akhir abad ke-19 lantainya sudah mulai dikeraskan dengan fondasi adukan. Tahun 1926 pemerintah Batavia akhirnya membongkar ulang pasar tersebut dan mendirikan bangunan permanen berupa tiga los panjang dari tembok dan papan serta beratap genteng. Kantor pusatnya berada di atas bangunan pasar, mirip seperti kandang burung. Kuda-kuda penarik delman dan gerobak diberi tempat parkir di depan pasar. Pelataran parkir itu juga menyediakan kobakan air untuk minum kuda. Di seberang jalan juga ada toko yang menjual dedak untuk makanannya.
Meski pada zaman pendudukan Jepang tempat ini sempat ditinggalkan dan menjadi ‘rumah’ bagi para gelandangan, pasar ini berhasil bangkit kembali setelah kemerdekaan. Kini pasar tersebut bisa dikatakan pusat grosir terbesar di Jakarta. Berbagai jenis barang dapat ditemukan di pasar ini, namun yang paling terkenal adalah baju muslim, busana haji, baju batik, dan perlengkapan rumah tangga. Sekarang pasar ini terbagi menjadi tiga yaitu Tanah Abang Metro, Tanah Abang Lama dan Tanah Abang AURI.
Featured Image: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Batavia_Pasar_Tanah_Abang_TMnr_10014914.jpg