Pasar Minggu yang berlokasi di Tandjong West yang buka pada hari Minggu ini awalnya disebut Pasar Tandjong West (Tanjung Barat). Wilayah ini dibangun setelah Tandjong Oost (Tanjung Timur) dibangun, namun tidak diketahui secara pasti sejak kapan berdirinya. Diperkirakan sudah ada sebelum tahun 1770an, karena sekitar tahun 1772 muncul lukisan karya Johannes Rach yang menggambarkan wilayah tersebut. Nama Pasar Minggu sendiri baru muncul di media-media publikasi tempo dulu pada tahun 1834.

Landhuis Tandjong West dan Pasar Minggoe Tahun 1901 | Sumber: http://poestahadepok.blogspot.com

Lama-kelamaan nama Pasar Minggu menjadi lebih populer daripada nama Tandjong West. Hal tersebut diperkirakan karena adanya penamaan stasiun kereta api dan halte ‘Pasar Minggoe’. Dulunya orang akan bilang, “di Tandjong West ada Pasar Minggu”, namun lambat laun berganti menjadi “Di Pasar Minggu ada Tanjong West”. Selain itu lokasi Pasar Minggu memang strategis, posisinya berada di jalan poros Middenweg dan memiliki jalur lalu lintas ke Pondok Laboe (dulunya Pasar Simplicitas).

Peta Pasar Minggu Tahun 1934 | Sumber: http://poestahadepok.blogspot.com

Kepopuleran nama Pasar Minggu menjadikan wilayah Tandjong West tercatat secara administratif sebagai onderdistrict (kecamatan) Pasar Minggu pada tahun 1909.  Ini dikarenakan area sekitaran Pasar Minggu lebih mencerminkan area urban, sementara di tanah induknya (pusat Tandjong West) malah terkesan rural. Hingga akhirnya Pasar Minggu pun menjadi wijk (kelurahan) pada tahun 1930.

Kepopuleran Pasar Minggu juga dibantu dengan adanya pabrik susu ‘Boerderij Pasar Minggoe’ milik J. Cohen. Pabrik ini cukup terkenal dengan kualitasnya. Selain itu ada landbouw (kebun pertanian) milik departemen pertanian yang dibuka tahun 1925, berlokasi tidak jauh dari pasar.

Perkembangan ini bisa dikatakan berkat campur tangan Pemerintah Hindia-Belanda juga. Dulunya Pasar Minggu hanya berdiri dari bambu beratapkan bahan atep (daun kelapa/bahan alang-alang). Kemudian lokasinya dipindahkan agar lebih dekat dengan stasiun kereta. Lebih lanjut Pemerintah Hindia-Belanda membangunkan gedung untuk pasar tersebut, dengan lantai ubin bertiang besi dan beratap seng. Pembangunan ini memakan biaya sekitar 50.000 gulden. Jalan yang menghubungkan Pasar Minggu dengan Manggarai juga diaspal, sehingga memudahkan kendaraan untuk datang. Pasar yang tadinya hanya menjual kebutuhan sehari-hari itu pun makin banyak menjual perlengkapan tersier lainnya.

Featured Image: https://www.money.id/fresh/pasar-minggu-sentra-buah-di-masa-lalu-160219k.html

About the author: Izzah S.
Tell us something about yourself.
error: Content is protected !!