Pasar Rebo awalnya merupakan bagian dari Tandjong Oost (Tanjung Timur). Terdapat tiga pasar di kawasan ini, yang pertama di bagian  timur (Oosternweg), bagian barat (Westernweg) dan bagian tengah (Middenweg). Karena VOC memberlakukan aturan bahwa setiap pasar yang ada di Batavia harus beroperasi di hari yang berbeda, maka pasar di bagian timur ini (tepatnya di sisi barat jalan poros Batavia-Buitenzorg) mendapat jatah buka pada hari Rabu. Orang Betawi menyebut Rabu sebagai ‘Rebo’, oleh karena itulah sebutan Pasar Rebo melekat pada pasar ini.

Dalam buku berjudul Aardrijkskundig en Statistisch Woordenboek van Nederlandsch Indië (Kamus Geografi dan Statistik Hindia Belanda) yang terbit tahun 1869,  disebutkan ‘De marktplaats te Tandjong Oost werd reeds den 2 Julij 1762 opgerigt’ yang berarti ‘Pasar di Tandjong Timur sudah berdiri pada tanggal 2 Juli 1762’. Pasar ini merupakan pasar swasta, yang berarti pasar ini didirikan oleh pemilik tanah Tandjong Oost.

Namun pemilik pertama tanah Tandjoeng Oost tidak diketahui secara pasti. Ini dikarenakan kepemilikan tanah di Batavia biasanya bersifat jangka pendek, yaitu hanya semasa hidup orang yang bersangkutan, atau hingga orang tersebut kembali ke negara asalnya. Hanya ada beberapa tanah yang sifat kepemilikannya bertahan lama karena diwariskan kepada istri, anak-anak, atau kerabat lainnya. Yang pasti, Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda yang ke-30, Jeremias van Riemsdijk, pada akhirnya mengambil alih pasar tersebut, yang kemudian diteruskan oleh putranya Daniel Cornelis van Riemsdijk.

Poestaha Depok: Sejarah Jakarta (51): Sejarah Pasar Minggu, Tempo Doeloe Disebut Pasar Tandjong West; Pusat Perdagangan Jalur Middenweg

Peta Tahun 1840 | http://poestahadepok.blogspot.com

Kini pasar tersebut telah berganti nama menjadi Pasar Induk Kramatjati dan lokasinya juga telah berpindah ke Jalan Raya Bogor. Sementara nama Pasar Rebo menjelma menjadi nama sebuah kecamatan di daerah Jakarta Timur. Kecamatan tersebut membawahi 5 kelurahan yaitu Kelurahan Pekayon, Kelurahan Kalisari, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Cijantung, dan Kelurahan Gedong.

Nama Kramatjati diambil dari sebuah pohon jati yang menurut masyarakat setempat telah berdiri selama ratusan tahun di daerah itu. Pohon ini dianggap memiliki kekuatan magis, sehingga banyak orang yang datang untuk berdoa. Namun hal ini mengundang banyak kontroversi, terutama dari penganut agama Islam. Pada akhirnya pohon keramat tersebut pun ditebang.

Featured Image: https://infopangan.jakarta.go.id/publik/market/id/1

error: Content is protected !!