Tahukah kamu bahwa Gedung Arsip Nasional dulunya merupakan kediaman Gubernur-Jendral Hindia-Belanda ke-31, Reinier de Klerk? Gedung yang beralamat di Jalan Gajah Mada no. 111 Jakarta Barat ini pertama dibangun pada tahun 1755 dan memakan waktu lima tahun hingga akhirnya selesai. Tak diketahui siapa arsitekturnya, namun bangunan ini menjadi salah satu rumah yang menggunakan gaya pola dasar Hindia (Nederlandse stijl) pada periode paling awal .

Rumah ini memiliki dua lantai dengan langit-langit tinggi. Di kiri-kanan pintu masuk terdapat tiga jendela, sedangkan di lantai dua ada tujuh. Lantainya terbuat dari ubin, sedangkan pintu-pintunya terbuat dari kayu besar yang dilengkapi lubang angin (roaster) berukiran gaya barok serta tanaman dan bunga laut. Gaya ini melambangkan iman dan harapan, serta merujuk pada karier awal de Klerk sebagai awak kapal.

Pintu Utama Gedung Arsip Nasional | Sumber: https://www.casaindonesia.com/article/read/9/2017/354/Mengenang-Kisah-Arsitek-Legendaris-Han-Awal

Pada tahun 1777 hingga 1780, rumah tersebut diam-diam dijadikan tempat niaga pribadi para pejabat tertinggi pemerintahan karena sebetulnya hal tersebut dilarang. Enam ruang di lantai pertama dimanfaatkan sebagai ruang rapat. Kantor tuan rumah berada di sisi kanan, sementara kantor nyonya rumah di sisi kiri. Di sisi kiri dan kanan bangunan utama terdapat paviliun yang diperuntukkan sebagai kamar tamu, sedangkan di bagian belakang ada bangunan tambahan dengan dua lantai yang digunakan sebagai kantor, dapur, serta gudang. Lantai kedua bangunan utama menjadi area khusus keluarga.

UNIVERSITAS INDONESIA GEDUNG ARSIP NASIONAL KAJIAN PEMANFAATAN CAGAR BUDAYA SKRIPSI - PDF Download Gratis

Ruang Makan di Gedung Arsip Nasional | Sumber: https://docplayer.info/62145383-Universitas-indonesia-gedung-arsip-nasional-kajian-pemanfaatan-cagar-budaya-skripsi.html

Setelah Reiner de Klerk meninggal dunia, kediamannya pun dilelang. Pemenang lelang tersebut adalah Johannes Siberg, Gubernur-Jenderal ke-34. Setelah kematian Siberg di tahun 1817, istrinya memutuskan untuk menjual rumah tersebut. Rumah ini baru laku setahun kemudian, dibeli oleh seorang bekas tentara bernama Jehode Leip Jegiel Igel. Pada tahun 1844, ahli waris Igel kembali menjual rumah tersebut, kali ini kepada Dewan Diakon Gereja Reformasi. Oleh Dewan Gereja rumah tersebut dimanfaatkan sebagai panti asuhan hingga akhirnya dibeli oleh Pemerintah Hindia-Belanda tahun 1901. Bangunan tersebut dipergunakan sebagai kantor Departemen Pertambangan. Pada tahun 1925 bangunan tersebut direnovasi, namun mengalami alih fungsi sebagai kantor Lands Archief (Arsip Nasional). Gedung ini kemudian terus digunakan untuk menyimpan Arsip Nasional setelah proklamasi hingga tahun 1979.

Gedung Arsip Nasional Sekarang | Sumber: https://www.casaindonesia.com/article/read/9/2017/354/Mengenang-Kisah-Arsitek-Legendaris-Han-Awal

Karena bangunan ini sudah begitu tua, kondisinya tidak lagi dianggap layak untuk dijadikan kantor hingga Pemerintah memutuskan untuk membangun gedung arsip baru di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Gedung ini menjadi terbengkalai hingga sekelompok usahawan Belanda bernama Stichting Cadeau Indonesia (Yayasan Hadiah Indonesia) melakukan renovasi dan menjadikannya museum. Renovasi selesai pada tahun 1998 dan sejak itu dikelola oleh yayasan tersebut tanpa subsidi pemerintah. Museum ini terbuka untuk umum dan memamerkan brankas kuno, arsip surat menyurat antara sultan atau pemimpin daerah dengan pemerintah kolonial, gramofone, senjata-senjata kuno, dan berbagai perabot jadul lainnya. Selain itu juga terbuka untuk acara foto pre-wedding, pesta pernikahan, atau acara besar lainnya.

Bernostalgia di Museum Arsip Nasional - jokka2traveller

Koleksi di Gedung Arsip Nasional | Sumber: http://jokka2traveller.com/2017/12/20/bernostalgia-di-museum-arsip-nasional/

 

Featured Image: https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Johannes_Rach_BW_40.JPG&filetimestamp=20071122094240&

 

About the author: Izzah S.
Tell us something about yourself.
error: Content is protected !!