Gyeonghuigung yang secara harfiah berarti “Istana Harmoni yang Tenang” adalah sebuah istana yang terletak di Seoul, Korea Selatan. Istana ini adalah istana kelima dari “Lima Istana Agung” yang dibangun oleh Dinasti Joseon. Konstruksinya dimulai pada tahun 1600-an pada masa pemerintahan Raja Gwanghaegun (raja kelima belas dinasti Joseon). Pada periode Joseon terakhir, Gyeonghuigung berfungsi sebagai istana sekunder bagi raja. Istana ini juga disebut Seogwol (istana barat) karena terletak di sisi barat Seoul. Istana sekunder biasanya istana tempat Raja pindah pada saat darurat. Dari Raja Injo (raja keenam belas) hingga Raja Cheoljong (raja kedua puluh lima), sekitar sepuluh raja dari dinasti Joseon tinggal di Gyeonghuigung.
Istana ini dibangun menggunakan geografi miring dari gunung di sekitarnya, memiliki keindahan tradisional dalam arsitekturnya dan banyak makna sejarah. Untuk sementara waktu, istana ini memiliki ukuran yang cukup besar, bahkan sampai memiliki jembatan melengkung yang menghubungkannya dengan istana Deoksugung.
Untuk penonton kerajaan raja, ada gedung Sungjeongjeon dan Jajeongjeon. Untuk tempat tidur, gedung Yungbokjeon dan Hoesangjeon. Sebagian besar Gyeonghuigung hilang akibat dua kebakaran yang terjadi pada abad ke-19, tepatnya pada masa pemerintahan Raja Sunjo (raja kedua puluh tiga) dan Raja Gojong (raja terakhir). Jepang kemudian membongkar apa yang tersisa dari istana selama pendudukan mereka di semenanjung Korea, dan sebuah sekolah untuk warga Jepang dibangun di situs tersebut. Dua struktur utama bekas istana yaitu aula tahta Sungjeongjeon dan gerbang Heunghwamun dibongkar dan dipindahkan ke bagian lain Seoul.
Rekonstruksi dimulai pada 1990-an sebagai bagian dari inisiatif pemerintah Korea Selatan untuk membangun kembali “Lima Istana Agung” yang dihancurkan oleh Jepang. Namun, karena pertumbuhan kota dan pengabaian selama beberapa dekade, pemerintah hanya mampu merekonstruksi sekitar 33% dari bekas Istana. Kini bangunan yang ikonis dari istana ini adalah Heunghwamun, yaitu pintu masuk utama ke istana. Pintu masuk tersebut sempat dipindahkan menjadi pintu masuk sebuah kuil setelah kehancuran istana, dan juga digunakan sebagai pintu masuk utama sebuah hotel hingga akhirnya dikembalikan ke fungsi awal. Kedua adalah Sungjeongjeon, bangunan utama istana yang sempat digunakan sebagai kuil Buddha di zaman kolonial Jepang.
Featured Image: https://museum.seoul.go.kr/eng/about/annex/gyeonghuigungPalace.jsp