Hinamatsuri (Festival Boneka/Festival Anak Perempuan) merupakan perayaan di Jepang yang diperuntukkan untuk mendoakan pertumbuhan anak perempuan. Perayaan ini jatuh setiap tanggal 3 Maret. Seperti namanya, perayaan ini hanya dilakukan oleh keluarga yang memiliki anak perempuan dengan cara memajang satu set boneka festival (hinaningyō) yang memakai kimono era Heian. Boneka dipajang di atas dankazari (tangga untuk memajang) yang umumnya terdiri dari lima tingkat dan dilapisi kain merah yang disebut hi-mōsen. Tingkat paling atas diisi boneka kaisar (o-dairi-sama) dan permaisuri (o-hina-sama), tingkat kedua ditempati tiga boneka putri istana (san-nin kanjo), tingkat ketiga dihiasi lima boneka pemusik pria (go-nin bayashi), tingkat keempat diduduki boneka Menteri Kanan (Udaijin) dan Menteri Kiri (Sadaijin), sementara tingkat terakhir akan dihuni tiga boneka pesuruh pria (shichō). Akan tetapi ada juga dankazari yang memiliki tujuh tingkat. Tingkat keenam dan ketujuh biasanya diisi berbagai miniatur perabot, perkakas, dan zagyoshiki (alat transportasi kekaisaran). Seluruh rangkaian boneka dan aksesoris ini disebut hinakazari.

hinakazari

Hinakazari 6 Tingkat | Sumber: https://jw-webmagazine.com/hinamatsuri-no-hi-girls-day-or-dolls-festival/

Festival ini awalnya merupakan bagian dari Festival Persik (Momo no Sekku) yang merayakan mekarnya bunga di pohon persik pada awal musim semi. Oki-ko, putri Kaisar Go-Mizunoo, akan melakukan sebuah permainan boneka (hina asobi) saat festival ini berlangsung. Tradisi permainan boneka ini dimulai pada tahun 1625. Setelah Oki-ko resmi menggantikan ayahnya sebagai Permaisuri Meishō, ia meresmikan Hinamatsuri sebagai hari libur pada tahun 1687. Pembuat boneka pun berbondong-bondong membuat berbagai boneka dalam berbagai ukuran dan aksesoris. Boneka yang  paling besar tercatat mencapai 1 meter hingga undang-undang terpaksa dibuat untuk membatasi ukuran.

Meisho of Japan.jpg

Sketsa Permaisuri Meishō | Sumber: commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=17640866

Setelah perayaan selesai, seluruh hinakazari harus segera disimpan kembali dalam gudang. Ada takhayul yang mengatakan boneka-boneka tersebut akan ditinggali roh jahat sehingga menyebabkan anak perempuan terlambat menikah atau nasib buruk lainnya jika dipajang terlalu lama. Namun jika dilihat secara rasional, dorongan untuk menyimpan kembali boneka-boneka ini adalah untuk melindunginya dari kelembaban dan hujan yang kerap terjadi pada musim semi. Dewasa ini banyak keluarga yang membiarkan boneka-boneka ini dipajang selama satu bulan penuh.

Hasil gambar untuk Hinamatsuri typical dishes

Hidangan Saat Hinamatsuri | Sumber: https://guide.michelin.com/sg/en/article/dining-out/pretty-in-pink-the-foods-of-hina-matsuri

Dalam Hinamatsuri anak laki-laki sama sekali tidak dilibatkan. Anak-anak perempuan akan berkumpul dan mengadakan pesta. Mereka akan menikmati kerupuk beras multi-warna (hina-arare), ikan mentah dan sayuran di atas nasi dalam mangkuk atau kotak bento (chirashizushi), kue beras warna-warni (hishi mochi), stroberi yang dibungkus dengan pasta kacang adzuki (ichigo daifuku), Sakuramochi dan sup kerang (ushiojiru). Minuman pelengkapnya adalah shirozake (sake putih) yang juga biasa disebut sebagai amazake (sake manis). Meskipun disebut sake, minuman ini  tidak mengandung alkohol. Perayaan Hinamatsuri akan berhenti setelah si anak perempuan berusia 10 tahun.

 

Featured Image: https://press.ikidane-nippon.com/en/c00069/

error: Content is protected !!