Ise Jingū (Kuil Agung Jingū) merupakan kompleks kuil Shinto yang terdiri dari banyak kuil. Kuil yang secara resmi hanya disebut Jingū ini didedikasikan untuk dewi matahari, Amaterasu. Kuil ini dipercaya sudah berdiri dari 4 SM. Terletak di Ise, Prefektur Mie, Jepang, Ise Jingū berpusat pada dua kuil utama, Naikū dan Gekū. Selain itu ada 123 kuil Shinto di Kota Ise dan sekitarnya, 91 di antaranya terhubung ke Naikū dan 32 lainnya ke Gekū.
Naikū adalah Kuil Dalam dan secara resmi dikenal sebagai “Kōtai Jingū”. Letaknya di kota Uji-tachi, selatan dari pusat Ise. Naikū didedikasikan untuk penyembahan Amaterasu dan diyakini sebagai tempat tinggal sang dewi. Bangunan kuil ini terbuat dari kayu cemara yang kokoh. Kuil Luar, yaitu Gekū, juga dikenal secara resmi dengan sebutan “Toyouke Daijingū”. Terletak sekitar enam kilometer dari Naikū dan didedikasikan untuk Toyouke-Ōmikami, dewi pertanian, panen padi, dan industri.
Menurut Nihon Shoki, buku tertua kedua mengenai sejarah klasik Jepang, sekitar 2000 tahun yang lalu dewa Yamatohime-no-mikoto, putri Kaisar Suinin, pergi berkelana demi mencari lokasi permanen untuk menyembah dewi Amaterasu. Ia berangkat dari Gunung Miwa di Prefektur Nara modern. Setelah mengembara selama 20 tahun, ia pun sampai di Ise, Prefektur Mie modern. Di sana ia mendirikan Naikū setelah mendengar suara Amaterasu berkata “Ise adalah negeri yang terpencil dan menyenangkan. Di negeri ini aku ingin tinggal”. Putri Yamatohime-no-mikoto juga memasang lima puluh lonceng di sekitar Ise untuk menandai daerah tersebut sebagai tempat dewi Amaterasu, itulah sebabnya sungai di kota tersebut dinamai Isuzu yang berarti “lima puluh lonceng”.
Sejak akhir abad ketujuh, Naikū dan Gekū pun menjadi tempat penyelenggaraan berbagai festival. Festival tahunan yang dianggap paling penting adalah Festival Kannamesai, yang diadakan pada bulan Oktober setiap tahunnya. Ritual ini bertujuan untuk memberikan persembahan hasil panen pertama pada musim tersebut kepada dewi Amaterasu. Seorang utusan kerajaan membawa persembahan beras yang dipanen oleh Kaisar sendiri, serta kain sutra lima warna dan berbagai bahan lainnya, yang disebut heihaku. Selain itu, perayaan tahun baru, berdirinya Jepang, peringatan kaisar masa lalu, ritual pemurnian untuk pendeta dan musisi istana, fermentasi sake yang baik dan ulang tahun Kaisar, juga kerap dilaksanakan di Naikū dan Gekū.
Featured Image: https://www.jrpass.com/blog/ise-grand-shrine-everything-you-need-to-know-about-japans-most-sacret-shinto-shrine