Seperti yang kita ketahui, Sunda Kelapa mulanya dikontrol oleh Kerajaan Sunda. Kerajaan Sunda diapit oleh kerajaan-kerajaan daerah lain sehingga terpaksa beraliansi dengan bangsa Portugis untuk mempertahankan wilayahnya. Namun tindakan pertahanan yang diambil oleh Kerajaan Sunda ini justru dianggap sebagai provokasi oleh kerajaan lain, salah satunya Kerajaan Demak.

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa. Kerajaan Demak berdiri sekitar tahun 1481, setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit. Meskipun mayoritasnya berdarah Jawa, di antaranya ada pula yang keturunan Arab. Pada masa keemasannya, Demak mampu menguasai daerah-daerah Jawa lainnya dan tidak ada kerajaan di Jawa yang mampu menandingi.

Aliansi antara Kerajaan Sunda dan Bangsa Portugis dianggap sebagai acaman karena sejak kepemimpinan Pati Unus (Raja Demak kedua), Kerajaan Demak sudah beberapa kali berseteru dengan bangsa Portugis yang menduduki Malaka. Tak jarang Pati Unus mengirim armada lautnya untuk menyerang Portugis. Kerajaan Demak pun menugaskan Fatahillah, seorang abdi yang berasal dari Pasai, Aceh Utara, untuk menyerang Sunda Kelapa.

Berkas:Stamps of Indonesia, 001-08.jpg

Ilustrasi Fatahillah Pada Prangko | Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Stamps_of_Indonesia,_001-08.jpg

Fatahillah mengomandoi 2.000 orang prajurit dari Kerjaan Demak dan menambah pasukannya dengan cara beraliansi dengan Kesultanan Cirebon yang pada saat itu juga sering berseteru dengan Kerajaan Sunda. Fatahillah pun berhasil mengusir bangsa Portugis. Menurut sejarahwan asal Portugis bernama João de Barros danlam buku Décadas da Ásia (Dekade-dekade dari Asia), satu kapal brigantin yang dipimpin oleh armada Duarte Coelho diserang oleh pasukan yang dibawahi Fatahillah dan semua pasukannya tewas. Lebih lanjut menur Adolf Heuken, seorang pastor Katolik dan penulis kelahiran Jerman, peristiwa tersebut terjadi pada akhir November 1526.

Namun Sunda Kelapa baru benar-benar jatuh ke tangan Demak pada tanggal 22 Juni 1527. Bersama Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Nama tersebut diambil dari bahasa Sansekerta aksara Dewanagari, जयकृत/jayakṛta, yang berarti  “kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha”. Kota ini lantas sering disebut sebagai kota kemenangan atau kota kejayaan dan tanggal 22 Juni diperingati sebagai hari jadi kota Jakarta hingga saat ini.

 

Featured Image: https://bertuahpos.com/berita-pilihan/catatan-sejarah-22-juni-sunda-kelapa-dibebaskan-fatahillah.html

About the author: Izzah S.
Tell us something about yourself.
error: Content is protected !!