Sebuah cerita spin off dari Kerak Telor, si legendaris nan miris karena sudah mulai tergerus oleh zaman dan semakin sedikit yang menjualnya.

Batavian

“Pak, kita diminta membuat jamuan khusus bagi para petinggi Belanda, mereka ingin masakan yang belum pernah ada sebelumnya.” Rojali dengan tergesa-gesa mengabarkan berita kepada Abdul yang sedang menggosok panci di dapur.

“Apa? Kenapa mendadak begitu? Untuk kapan jamuan itu?”

“Mereka bilang Senin depan mereka akan mengadakan jamuan makan khusus, dan meminta kita yang membuat masakannya.”

“Dimana diadakannya? Huffft, apa yang harus kita masak untuk mereka. Aku sedang tidak punya uang tambahan untuk membuat contoh masakan.”

“Di salah satu rumah keluarga Van Houten di Weltevreden Pak. Saya dengar juga Rojak diminta untuk menjemput beberapa kerabatnya Van Houten yang baru saja akan mendarat hari senin nanti di Bandara Kemayoran.

Abdul terlihat sedang berpikir keras, namun juga tidak mau menolak tantangan yang diberikan oleh Van Houten ini. Didalam kepala Abdul telah ada beberapa kreasi yang belum pernah ada, namun ingin dicoba olehnya.

Belanda

            “Rojali, coba kamu kemari dulu, saya mau berbicara.” Van Houten dengan memanggil Rojali dengan logat Belandanya yang masih sangat kental, walaupun dirinya sudah fasih berbahasa Indonesia. Van Houten sendiri sudah tinggal di Indonesia sejak beberapa tahun yang lalu. Berawal datang sebagai salah satu pasukan penjajah di Batavia, kini Van Houten sudah berkeluarga dengan penduduk Batavia dan memiliki seorang anak.

“Iya, Toean, ada apa?” Rojali yang tahu dirinya dipanggil oleh Toean besar, segera bergegas untuk datang.

“Rojali, tolong kamu minta sama Abdul, agar dia menyiapkan sajian khusus untuk saya dan keluarga pada Senin depan. Saya mau masakan yang belum pernah ada sebelumnya. Tidak usah masalahkan soal bayaran, akan saya bayar begitu acara selesai. Jangan kecewakan kami.”

“Glekkkkk.” Rojali menelan ludah akibat gugup. “Baik Toean, akan saya segera beritahukan pada Abdul. Permisi Toean.”

Van Houten kerap mengadakan jamuan khusus bagi orang Belanda yang tinggal di Batavia, untuk mempererat persaudaraan sesama orang Belanda yang merantau. Dan kali ini, Van Houten ingin meminta Abdul, kepala koki dari Tugu Kunstkring Paleis yang terkenal di Batavia untuk memasak.

Batavian

“Rojali, coba kamu tolong ambilkan kelapa. Panen kelapa kita kan sedang berlimpah, saya mau coba membuat resep baru, seperti yang diinginkan oleh Van Houten.”

“Bapak akan membuat apa? Bahan apalagi yang diperlukan Pak?”

“Itu yang sedang saya pikirkan, Jal. Saya sedang bingung, kelapa kita yang berlimpah ini akan saya olah bersama apa. Saya kepikiran untuk mengolahnya bersama telur, tapi kamu tahu sendiri, harga telur sangat mahal.” Abdul terduduk sambil merenung memikirkan resep apa yang akan dibuat olehnya untuk jamuan makan Van Houten.

“Bapak tidak usah khawatir, Van Houten akan membayar setelah jamuan makan ini selesai, jadi Bapak bisa memakai bahan yang sesuai dengan keinginan Bapak, yang terpenting adalah tantangan dari Van Houten terpenuhi. Jika itu terpenuhi, nama restoran kita juga yang akan semakin besar.”

“Baiklah. Segera kamu siapkan telur untuk saya olah menjadi sesuatu. Saya akan coba beberapa kreasi masakan,  nanti saya akan minta kalian untuk memilih, mana yang paling pantas untuk disajikan kepada Van Houten dan keluarga.”

Selama dua hari, Abdul berkutat di dapurnya dan banyak termenung. Menu apa yang bisa dia kreasikan dan sajikan kepada Van Houten dan keluarga. Waktu semakin menipis, tinggal 3 hari lagi dan Abdul masih belum bisa memutuskan akan menyajikan apa. Sudah ada beberapa kreasi yang dibuat oleh Abdul, namun Abdul masih merasa itu masih kurang cukup unik untuk disajikan. Dan seketika Abdul mendapatkan sebuah ide yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Abdul mengocok 2 telur lalu menuangkannya diatas panci, lalu diambilnya nasi yang ditaruh diatas telur tersebut, kemudian setelah matang diberi taburan kelapa dan ebi. Setelah dicicipi oleh Abdul, seperti ada yang kurang sedikit, namun dia merasa kalau ini akan membawa nama Tugu Kunstkring Paleis lebih tinggi lagi.

Abdul terus berkutat di dapur, mencari komposisi bahan yang terbaik untuk masakannya. Tanpa kenal waktu, Abdul terus saja memasak di dapurnya. Anak buahnya sudah pulang sejak restoran ditutup, namun Abdul masih terus saja berada di dapur, hingga pada satu titik dimana Abdul merasa kalau kali ini semuanya sudah sempurna.

Keesokan harinya, Abdul menyajikan masakan tersebut kepada anak buahnya. Satu persatu mereka mencicipi dan terkejut dengan rasanya. Rojali sebagai yang pertama mencicipi berkomentar bahwa makanan ini memiliki rasa yang tidak biasa, namun bisa diterima oleh lidah.

Perpaduan unik antara telur, ketan dan kelapa parut yang telah disangrai dengan taburan ebi dan bawang goreng. Memberikan sebuah sensasi berbeda. Rojali pun menanyakan, apa nama kreasi dari masakan ini dan Abdul mengatakan bahwa nama masakan ini adalah Kerak Telor. Dengan semangat yang bergejolak, mereka mulai meracik Kerak Telor ini untuk disajikan esok hari pada saat acara jamuan makan Van Houten dan keluarga.

Selain Kerak Telor, Abdul juga ternyata menyiapkan sebuah hidangan penutup yang terbuat dari tepung hunkwe yang dibentuk kotak dengan 3 lapisan warna yaitu merah putih dan hijau. Lalu disiram dengan santan encer, gula merah dan es batu agar terasa lebih segar. Hidangan tersebut dinamakan selendang mayang.

Abdul kemudian memberi claim atas masakan ini sebagai masakan khas dari Batavia. Karena memang belum ada daerah manapun yang membuat sebuah hidangan seperti ini. Dengan keyakinan kuat, Abdul percaya diri bahwa Van Houten dan Keluarga akan menyukai sajian ini.

Belanda

Welkom!” Van Houten menyapa keluarganya yang baru saja tiba di Batavia sehabis dijemput oleh Rojak di Bandara Kemayoran.

“Terima kasih telah mengundang kami pada jamuan makan ini, Van Houten.” Sahut Anna, yang merupakan sepupu dari Van Houten. Kemudian mereka semua masuk dalam ruangan yang telah ditata rapih untuk acara jamuan makan.

Terlihat chandelier berbahan kristal yang telah dibersihkan hingga memancarkan kilauannya. Meja makan pun ditata dengan alat makan berbahan perak beserta piring porselen yang sangat cantik. Lilin-lilin ditaro ditengah-tengah meja makan menambah kesan mewah. Bunga-bunga pun disiapkan sebagai hiasan untuk mempercantik ruang makan.

Setelah Abdul datang membawakan hidangan, dirinya memperkenalkan hidangan apa yang akan dinikmati oleh Van Houten dan keluarga. “Welkom! Dihadapan Toean dan Njonjah sekalian telah tersaji hidangan kreasi saya yang belum pernah ada sebelumnya, saya beri nama masakan ini Kerak Telor. Terbuat dari telur yang dimasak bersama beras ketan yang telah direndam, lalu diberi taburan serundeng kelapa yang telah dicampur bersama ebi, dan diberi tambahan bawang goreng sebagai penambah tekstur dan rasa. Eeten Smakelijk. Bedank.” Abdul pun undur diri dari hadapan para tamu undangan.

Eeten Smakelijk.” Van Houten mempersilahkan keluarganya untuk makan. Dengan garpu dan pisau ditangan, Van Houten pelan-pelan memotong kerak telor yang tersaji diatas piring porselen, lalu memasukannya kedalam mulut. Terdiam sesaat untuk merasakan hidangan tersebut, kemudian seketika Van Houten memanggil Abdul untuk ke ruang makan.

“Iya Toean, ada apa?”

“Abdul, saya sungguh terkejut dengan hidangan yang kamu sajikan. Ini enak sekali. Saya sangat suka. Terima kasih untuk hidangannya, Abdul.”

Abdul yang merasa terharu dengan pujian yang diberikan oleh Van Houten, hanya bisa tersenyum sambil menundukkan kepala. “Saya juga menyiapkan hidangan penutup untuk Toean dan Njonjah sekalian, akan saya keluarkan segera setelah hidangan utama telah selesai dinikmati. Saya permisi dulu.”

Batavian

“Terima kasih kawan-kawan telah membantu saya dalam menyajikan hidangan hari ini. Kalian luar biasa.” Di dapur, Abdul mengucapkan terima kasih kepada rekan kerjanya yang telah bekerja keras untuk mewujudkan acara makan hari ini. Keberhasilan Abdul tidak akan terjadi tanpa adanya bantuan dari semua rekannya.

“Baiklah, mari kita sajikan hidangan penutup kepada para tamu, sepertinya mereka telah selesai menikmati hidangan utama kita.” Tukas Rojali yang kemudian diikuti oleh anggukan kepala dari Abdul yang memberi aba-aba untuk menghidangkan hidangan penutup sekarang.

Mereka menyajikan Selendang Mayang diatas gelas kristal cantik, yang membuat perpaduan warna dari Selendang Mayang tersebut menjadi semakin menarik. Van Houten dan keluarga pun mencicipi hidangan penutup tersebut dan menunjukkan senyuman lebar.

“Kalian sungguh luar biasa, semua yang kalian sajikan hari ini sangat enak dan belum pernah saya rasakan sebelumnya. Saya sangat berterima kasih.” Dengan rendah hati, Van Houten menunjukkan apresiasinya kepada Abdul dan tim.

“Terima kasih Toean atas apresiasinya. Kami akan terus berinovasi lagi agar dapat terus menyajikan hidangan yang tidak hanya enak untuk dimakan, tapi juga dapat menjadi ciri khas dari Batavia. Sekali lagi terima kasih.” Abdul pun pamit undur diri kepada Van Houten dan keluarga.

Kota Tua, 2021

Seperti yang kita ketahui, Kota Tua tidak hanya terkenal sebagai tempat wisata yang bersejarah, namun juga sebagai tempat dimana kita bisa merasakan kuliner khas dari Jakarta. Di satu hari yang cerah, terdapat sebuah keluarga yang sedang berkunjung ke Kota Tua, lalu salah seorang anak dari keluarga tersebut bertanya “Ayah, Bapak itu berjualan apa?” Si Anak bertanya sambil menunjuk kepada seorang penjual Kerak Telor. Kemudian Ayahnya menjawab bahwa itu adalah makanan khas Jakarta yang disebut sebagai Kerak Telor. Ayahnya pun menjelaskan sejarah singkat mengenai terbentuknya Kerak Telor ini sebagai makanan khas Jakarta. Si Anak yang penasaran dengan Kerak Telor, dibelikan oleh Ayahnya dan merasa senang. Si Anak menikmati Kerak Telor tersebut sambil terus meminta Ayahnya untuk lebih banyak bercerita mengenai  sejarah Kerak Telor tersebut. Pikiran Ayah melanglang buana, teringat dengan Kakeknya yang suka bercerita mengenai Buyutnya yang membuat resep Kerak Telor. Dalam hati Ayah, dirinya berkata bahwa suatu hari nanti anaknya akan menjadi penerus generasi yang akan melestarikan Kerak Telor, agar Kerak Telor tidak tergerus oleh zaman dan tidak tergantikan oleh makanan kekinian.

Sumber gambar :

error: Content is protected !!