Sama seperti Indonesia, Jepang merupakan negara maritim. Negara matahari terbit ini memiliki luas permukaan laut sekitar 978.000 kilometer dengan kedalaman rata-rata 1.752 meter. Laut Jepang juga memiliki dua arus, arus Oyashio menarik air dingin dan arus Kuroshio yang mendorong air hangat menciptakan suhu yang beraneka ragam sehingga menguntungkan kehidupan makhluk laut di perairan Jepang. Tidak heran Jepang memiliki beraneka kuliner yang berbahan dasar ikan, salah satunya Sushi.

Sushi merupakan hidangan tradisional Jepang yang dibuat dengan nasi putih atau bisa juga nasi merah berbiji pendek yang dibentuk menjadi kepalan kecil. Kepalan ini disebut ‘nasi sushi’. Ada juga yang menyebutnya sebagai shari  atau sumeshi. Nasi sushi memiliki rasa sedikit asam karena dibumbui dengan cuka beras, garam, dan gula. Di atas atau di dalam nasi Sushi tersebut akan dilengkapi berbagai lauk dari laut seperti seperti cumi-cumi, belut, ekor kuning, salmon, tuna, daging kepiting, serta sayur-sayuran. Sushi biasanya disajikan dengan kecap, wasabi, dan acar jahe (gari) atau acar daikon.

Hasil gambar untuk sushi

sumber: sushidaily.com

Sushi secara harfiah berarti “rasa asam”. Ini merujuk pada cara awal pembuatannya. Sama seperti Ramen, Sushi sebenarnya berasal dari Cina, tepatnya berasal dari masakan Baiyue di Cina selatan kuno. Makanan tersebut dikenal sebagai narezushi yang berarti “ikan asin”. Ikan disimpan dalam nasi yang difermentasi selama mungkin, bahkan hingga berbulan-bulan. Fermentasi lakto pada nasi mencegah ikan membusuk. Nasi kemudian akan dibuang sebelum ikannya dikonsumsi. Metode pengawetan dengan cuka baru digunakan ke dalam olahan narezushi pada periode Muromachi (1336–1573). Karena cuka secara signifikan meningkatkan masa simpan dan rasa, metode fermentasi pun akhirnya ditinggalkan.

Dulu sushi dihidangkan dalam porsi besar yang disebut  ikkanzushi. Satu porsi berisi sekitar 18 kepal sushi, setara dengan 9 porsi sushi zaman sekarang. Pada zaman Edo akhir, mulailah dikenal nigirizushi yang porsinya sudah dikurangi. Nigirizushi dibuat dengan meletakan makanan laut segar di atas nasi kemudian diikat dengan nori agar lauknya tidak lepas. Selain nigirizushi, dikenal 4 bentuk sushi yang lain. Pertama adalah makizushi yang berupa gulungan nasi berisi potongan mentimun, tamagoyaki dan lauk lainnya yang dibungkus lembaran nori dengan bantuan sudare (anyaman bambu bentuk persegi panjang). Kedua, chirashizushi yang nasinya tidak dibentuk tapi disajikan dalam wadah lain sementara lauk dan sayurannya disajikan dalam bentuk potongan kecil-kecil. Ketiga, oshizushi. Lauk dan nasi disusun bersama kemudian diberi tekanan agar menjadi bentuk persegi panjang, lalu dipotong-potong. Keempat narezushi, yang merupakan sushi kuno. Dalam pembuatannya ikan dilumuri dengan garam dan nasi, lalu dibiarkan hingga terfermentasi. Terakhir adalah inarizushi. Nasi sushi dibungkus dengan lembaran tahu berbentuk tipis yang digoreng atau lebih sering disebut sebagai aburage, dimasak bersama kecap asin dan gula.

Berkas:Fuse headquarter of Genroku Zushi.jpg

Kaitenzushi Pertama di Jepang | Sumber: wikipedia.org

Rumah makan sushi yang pertama dibangun pada tahun 1958 di Osaka, bernama Kaitenzushi. Meskipun sudah ada restoran ini, penyebaran ke daerah lain masih sangat lamban. Hingga tahun 1970-an, sushi tergolong sebagai makanan mewah. Sushi biasanya dinikmati pada perayaan-perayaan khusus. Sushi baru dianggap makanan yang lebih umum pada tahun 1980-an, seiring dengan semakin meluasnya Kaitenzushi. Sekarang sudah banyak bumbu sushi instan sehingga sushi bisa menjadi masakan rumahan.

 

Featured Image: By Hiroshige – http://visipix.com/, Public Domain, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=353085

error: Content is protected !!